Liputan6.com, Jakarta – Inklusi bagi para penyandang disabilitas hingga saat ini terus diperjuangkan agar mereka bisa memiliki hak yang sama, termasuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Meski begitu, hingga kini pemenuhan hak asasi para penyandang disabilitas masih kurang maksimal.

Namun, salah satu pengusaha yang bergerak dalam industri refleksiologi dan perawatan kesehatan untuk keluarga, Kokuo Reflexology melihat potensi besar bagi para penyandang disabilitas, khususnya tuna netra untuk terus mendapatkan pelatihan.

Menurut Direktur Utama Kokuo Reflexology Muhammad Nurrohim, sejak berdiri 2003 lalu, pihaknya terus menyediakan lapangan pekerjaan, meningkatkan kualitas hidup masyarakat, dan berpartisipasi aktif dalam program-program sosial yang mendukung kesejahteraan komunitas netra.

“Kondisi kemiskinan maupun ketimpangan sosial yang terjadi saat ini sudah bukan menjadi tanggung jawab pemerintah semata, melainkan tanggung jawab kita semua. Sebagai perusahaan yang fokus pada pemijatan refleksi, Kokuo berkomitmen untuk menggandeng komunitas netra dengan melatih dan memberikan keterampilan, juga mempekerjakan mereka,” ujar Nurrohim melalui keterangan tertulis, Minggu (11/2/2024).

“Kami ingin mereka terus memiliki daya saing tinggi, sama seperti orang normal pada umumnya. Karena itu, kami terus menyusun prosedur training yang inklusif. Hingga kini, sudah ada 40 terapis tuna netra yang sudah bergabung dalam Kokuo. Ke depan, kami akan terus membuka ruang bagi para kaum difabel,” sambung dia.

Nurrohim menjelaskan, menjadi salah satu jenis disabilitas terbanyak di Indonesia, penyandang tuna netra kian mengalami kesulitan dalam melakukan mobilitas sehari-hari.

“Meski demikian, keterbatasan penglihatan mereka nyatanya mampu memberikan mereka kelebihan berupa indra peraba yang lebih tajam. Hal ini yang mampu memberi daya tarik tersendiri bagi para pelanggan,” pungkas Nurrohim.